Kubayar Tunai dengan Pulsa

Tak biasanya, pagi tadi memang tak biasa.

Setelah 30 menit dalam pete-pete, tiba saatnya untuk berpisah (baca turun) dengan angkutan jurusan kota itu. Dan juga mesti membayar. Tapi, apa yang terjadi saudara-saudara??
*jrengg..jrengg*
Rupanya dompet saya tak ada di tempat biasanya.
Bingung campur panik jadinya. Tapi, Alhamdulillah, seorang penumpang lelaki bersedia membayarkan. "Turunmi, nanti saya yang bayarkan", dengan senyum manis saya menjawab "Terima kasih, di'!" Orang baik di mana-mana, Allah Maha PenolongB-)

Lanjut dengan pete-pete Purirano. Saya mulai mengatur strategi, dengan apa saya musti membayar. Turun di kantor dan meminjam uang sama rekan kerja siy bisa, tapi akan memakan waktu. Walau para sopir Purirano terkenal ramah, tapi saya segan jika mesti memintanya menunggu ongkos.

Lalu terlintas, bagaimana kalau di bayar pakai pulsa saja *tingtong.
Walau hanya nominal kecil, tapi sangat berarti. Pulsa kini jadi kebutuhan sekunder, semenjak penggunaan handphone yang masif.

Di depan kantor, saat pete-pete menepi "Pak, ndak ada uangku. Sa bayar pake pulsa saja, na. Berapa nomor ta'? " Pak supirnya tertawa, " Ndak usah mi. Ndak pa pa"
Saya berkeras " Berapa nomor ta'?" Akhirnya sang Sopir menyebutkan nomornya, dan saya segera mengetik SMS minta pulsa #eh.
Transaksi lancar, pulsa terkirim dan saya pun bisa turun dengan lega.



*Setelah mengecek lagi isi tas, ternyata dompet mungilku cuman terselip*