Sunday, July 22, 2012

Monday, July 9, 2012

Baru di Bulan Juli, Segera!




Penampakan luar buku tentang Kendari.


Juli ini akan terbit.

Back On Top, Federer

Federer kembali ke puncak lagi!

Setelah bertarung empat set yang melelahkan di lapangan tengah Wimbledon, 4-6, 7-5, 6-3, 6-4, diselingi jeda hujan, melawan pemuda Skotlandia, Andy Murray, Roger Federer kembali ke posisi No.1 dunia kembali.

Dengan menjuarai Wimbledon kemarin, Federer mengukir rekor yang sama dengan jagoan tenis idolanya, Pete Samprass, 7 kali juara Wimbledon.

Murray-sang penantang, bukan tanpa perlawanan. Petenis peringkat 4 dunia ini sempat mengambil set pertama. Hanya saja, set-set berikutnya menjadi milik Federer yang tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda kelelahan selama pertandingan (komentatornya bilang Federer punya kemampuan pemulihan yang sangat mengagumkan).

Federer yang sebelumnya mengalahkan No.1 (sebelumnya), Novak Djokovic (dan sangat mengejutkan), memang memperlihatkan prestasi yang konsisten, meski tak menjuarai satupun gelar grandslam semenjak awal 2010 di Australia. Dan dengan ini, sekaligus mengakhiri dominasi Nadal-Djokovic di tingkat grandslam (Australia Open, France Open, Wimbledon dan US open) selama hampir tiga tahun terakhir.


Well, even i'm missing Rafa on this tournament, Congrats FedEx, you are No.1 once again.


Federer And The Trophy, 7th times winner ( Sumber: Dailymail.co.uk)

Saturday, July 7, 2012

[Xenophobia] Beda Suku, Gak Masalah.

"Aku ga mau kawin ama orang Sunda," celetuk temanku.
"Kenapa?" tanyaku.
"Tukang selingkuh!"
"Orang Aceh juga. Sama aja, tukang kawin!"

Aku hanya mengangguk-angguk. Antara percaya dan tak percaya. Mungkin pengalamanku atau pengatahuanku tak sampai ke sana. Namun, yang aku bayangkan kalau jodohnya nanti ternyata di antara dua suku itu, gimana jadinya. Ribet dah jadinya. Bisa dibilang "kemakan omongan sendiri".

Soal suku dan mesti kawin dengan siapa sih belum ada buku tuntunan khusus yang pernah aku baca. Tapi, kalau dengan suku mana yang tak boleh dikawini oleh sukuku, Muna, ada dalam cerita tante dan om aku. Suku Tolaki.

Di masa SMA dulu, aku punya seorang teman yang lahir dari perkawinan Muna - Tolaki. Nah, aku sempat berbincang kecil dengan temanku yang lain soal ini, saat baru tahu kalau dia itu sebenarnya berdarah Muna juga.
"Eh, ndak boleh toh orang Muna dengan orang tolaki?" bisikku setengah bertanya ke temanku (yang kebetulan juga orang Muna). "Iyo, ndak boleh sebenarnya." Hmmmmmm.

Mitos ini kalau tak salah bermula dari perselisihan di masa lalu, antara kerajaan Muna dan Konawe (Tolaki) yang berdampak pada dilarangnya percampuran kedua suku. Namun, kisah lengkapnya, aku tak memiliki referensinya. Yang ada hanya cerita dari mulut ke mulut saja. Mitos yang perlu digali dan ditinjau lagi, buat persiapan cerita ke anak cucu biar tak mengulangi kebiasaan buruk nenek moyangnya.

Soal suku memang kadang-kadang buat ribet. Gak diperhatikan, kejadiannya sering ada dan bahkan terjadi di sekitar kita (dan mengalir di darah kita). Dipikirkan, malah-malah bisa buat pikiran yang tidak-tidak.

Masalah dengan orang Tolaki misalnya. Beberapa waktu lalu, timbul keributan di kampus Unhalu yang dipicu masalah suku (Muna dan Tolaki). Keributan yang berujung pada kerusuhan dan rawannya daerah sana. Masalah yang juga pernah dan sering terjadi. Mungkin juga karena jumlah orang Muna di daerah kampus Unhalu yang tergolong banyak (Orang Muna memang terkenal suka sekolah), jadi friksi dan benturan kemungkinan besar akan banyak terjadi. Atau mungkin masalah persaingan yang dibumbui aroma alkohol (kebiasaan minum minuman keras merata di semua suku).

Namun, meski begitu tak sedikit kawanku yang juga dari suku Tolaki. Apalagi ditambah seiman, berlipat-lipat deh persaudaraannya. Permasalahan di antara kedua suku kini kulihat sebagai dinamika saja, hanya ulah sekelompok orang yang terlalu mengagungkan kelompoknya dan berpikiran sempit. Semakin sempit jika ditambah alkohol di dalamnya.

Vokal Grup Kantola dari Muna (sumber dari wisata-muna.blogspot.com)

Penari Lulo dalam Baju Adat Tolaki (sumber dari sini)


***

Buat ikutan lomba yang ini. Mudah-mudahan gak nyinggung SARA.
Pfffff, bisa juga ternyata. Gambarumashio!!


Thursday, July 5, 2012

[Senyumku Untuk Berbagi] Best Friend Forever

Di suatu subuh di penghujung Maret, 2011. Sekumpulan wanita muda grusah-grusuh di kosan, Angkasa I/1. Pagi itu, salah satu dari mereka akan terbang, pulang ke kampungnya.
"Pia, tiketmu mana?" celetuk seseorang di antara mereka. Mereka sudah ada di dalam taksi dan siap untuk berangkat.
"Gak ada, Mi. Waduuuh, gawaaat!" ujar yang ditanya.
"Semalam udah aku masukkin ke dalam tas. Kok gak ada, ya?".
Satu taksi kemudian rusuh, panik melanda.
"Udah, cari dulu. Kali ada dalam kosan," muatan taksi dibongkar lagi. Semua kembali ke dalam kosan.

"Ahhh, ketemu. Ada dalam tas besar ini. Alhamdulillah," si tiket nakal akhirnya ditemukan, dengan selamat.
"Ayuk, cepat. Udah mau telat ni ke bandaranya." 
Suasana kembali terkendali.  Misi selanjutnya, ke bandara.
                                                                  ***

Cuplikan dialog di atas adalah kejadian tahun lalu, saat saya pulang ke Kendari. Setelah merantau lebih dari 3 tahun di ibukota (demi sesuap nasi dan segenggam berlian). Diantar oleh kawan-kawan sekosan, kawan yang juga satu kantor.
Di antara mereka, ada seorang perempuan yang bisa dianggap saudara, Ami. Dari awal tinggal di sana, kami sudah satu kosan dan langsung dekat. 
Tak terhitung suka dan duka, pahit dan manis, bahkan sakit Thypus pernah kami lalui bersama.
Ami, yang berwatak keras (mungkin karena dia orang Batak), namun sangat jujur. Gak suka berpura-pura. Apa yang dia tidak suka, pasti akan diungkapkan. Tanpa banyak basa-basi. Seorang sahabat yang sangat beruntung saya dapatkan selama di ibukota.

Pagi itu, sebelum berangkat naik pesawat, kami berdua sempat menangis, keras sekali.

Terima kasih saudariku, my best friend. 


Senyum 3 jari



-----------------------
Demi ikut lomba yang ini


Kendari, Pagi Ini.

Hujan. Dari kemarin, hujan turun. Hanya saja kemarin volume dan kecepatannya tak sebanyak pagi ini. Kemarin, hujan turun dengan anggun. Air yang lebat membuat beberapa tempat tergenang. Dan juga, kemungkinan tempat lain terjadi banjir. 




Yang sangat memprihatinkan adalah ruas jalan utama yang tergenang parah. Bahkan bisa terlihat seperti kolam. Drainase kota memang lumayan buruk. Banyak jalan yang dibangun, gedung-gedung dekat jalan dibuat, namun mereka melupakan membuat selokan. Yang terjadi malah menutupi selokan yang ada tanpa menyisakan jalan bagi air hujan. Gemes kuadrat kalau saya melihat hal ini. Pembangunan timpang yang sedang terjadi di kotaku ini. Padahal, kemajuan (kalau bisa dibilang kemajuan) tanpa  memperhatikan lingkungan hidup, tak akan bernilai apa-apa. Begitu juga Adipura yang diperoleh, tak ada arti dan dampaknya sama sekali. Nothing.

                                                        ***

Tulisan untuk melepaskan kegelisahan bertahun-tahun.
Eniwei, Happy Friday, all!

Tuesday, July 3, 2012

Gundah di Juni

Apakah judulnya cukup provokatif?



Juni kemarin adalah bulan yang sangat berat bagi saya. Saking beratnya membuat banyak hobi saya berantakan (hedeuh...maaf pemirsa, saya lebay). Mulai dari membaca, ikut lomba blog, lomba foto, ngeblog, ngempi, bales komen dan sebagainya. Yang ada malah rajin nonton dorama dan Running Man, hehe.

Postingan ini sebenarnya juga untuk menyamarkan daftar buku Juni saya yang hanya ada satu (betul... cuma SATU!!). Buku yang berhasil saya baca hanya Jangan ke Dokter Lagi! karya Tauhid Nur Azhar & Bambang Trim. Buku yang menurut saya kurang substantif, kurang memaparkan tips-tips praktis untuk hidup sehat.

Kenapa saya gundah? Penyebab terbesarnya adalah sebuah buku yang telah lama saya dengung-dengungkan kehadirannya, buku tentang Kendari. Karena yang menjadi pengurus bukunya bukan saya seorang, melainkan bersama seorang kawan, maka ada hal-hal yang belum bisa kami sepakati. Terutama tentang sampul. Inilah yang sangat menghambat terbitnya buku ini, sampai satu bulan dari jadwal semula.
Namun, semua ada hikmahnya. Dan, kemungkinan besar
 

Setelah beberapa minggu lalu mereka juara, kini mereka akhirnya tersingkir.

Monday, July 2, 2012

Odoru Daisousasen (Dorama,1997)

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Komedi polisi. Kocak dah

Kagi No Kakatta Heya (Dorama, 2012)

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Mystery & Suspense
Saya suka dorama misteri atau detektif, harus saya akui itu. Musim ini saya mengikuti satu dorama yang tema besarnya terkadang hadir di beberapa kasus drama atau kartun, Misteri Ruangan Tertutup (Mystery of Locked Room).
Dibintangi Ohno Satoshi sebagai Enomoto Kei, Toda Erika sebagai Aoto Junko dan Sato Koichi sebagai Serizawa Gou. Serizawa dan Aoto adalah pengacara, sementara Enomoto adalah pegawai keamanan yang memiliki keahlian dalam hal kunci-kuncian. Mereka bertemu pertama kali karena kecerobohan yang kemudian menjadi satu takdir panjang.
Kasus demi kasus mereka berhasil pecahkan. Kebanyakan dapat ditebak siapa pelakunya. Namun yang menarik (bagi saya dan yang lain) adalah bagaimana mereka melakukannya.
Setiap TKP selalu diubah jadi maket oleh Enomoto dengan sangat detil.
Dalam memecahkan kasus, menurut saya ada kemiripan Enomoto dengan Conan. Hanya saja si Enomoto jarang tertawa dan senyum. Ekspresinya sama saja di berbagai situasi.

Sunday, July 1, 2012

Setelah Tiga Kali

It's a risky thing.


Saya membeli sagu Jum'at kemarin, hanya setengah liter. Di bayangan saya, sagu tersebut akan berubah menjadi sinonggi, bagaimanapun.

Sinonggi sendiri adalah makanan khas dari Tolaki, suku asli Kendari. Mereka biasa menyantapnya dengan side dish berbagai rupa, ikan sayur dan sambal. Meski begitu, Sinonggi kini jadi makanan khas Kendari.

Saya sudah sering makan sinonggi. Masalahnya, saya tak pernah memasaknya sendiri. Masak sinonggi adalah pekerjaan yang sangat beresiko, salah sedikit bukan sinonggi yang diperoleh, melainkan sagu mentah campur air.

Sabtu kemari, rumah dalam keadaan ramai, adik dan kakak saya datang dari kampung. Untuk lebih memeriahkannya lagi, saya berinisiatif untuk membuat sinonggi. Karena saya tidak tahu membuatnya, maka tugas mulia tersebut saya serahkan ke kakak saya. Kakak saya mengaku bisa membuatnya. Sip dah (in my mind), urusan masak sinonggi beres.

Sudah saya ceritakan tadi, makan sinonggi itu gak afdol kalau tak ada hidangan sampingannya. Maka, dimasaklah sayur bayam bening yang dicampur dengan jagung, labu kuning dan daun kelor. Untuk ikannya, dipilih ikan rambe (gak tau sebutan nasional buat ikan ini, yang pasti ikannya merah dan dagingnya manis) yang dipindang dengan asam, kunyit, sereh dan tomat). Serta tak lupa sambal tomat yang ditumis.

Side dishnya sudah siap, tinggal membuat hidangan utama-sinonggi. Kakak saya sudah siap, namun setelah ditanya ke adik saya, rupanya dia juga mengaku bisa. Akhirnya saya putuskan, adik saya saja yang membuatnya. Kemampuan masaknya di atas saya, memang.
Sagu mentah yang telah diendapkan di dalam air, perlahan-lahan diaduk sampai kental. Lalu, ke dalam loyang dituang air panas (yang baru mendidih) sedikit demi sedikit. Tapi, kok sagunya adem ayem saja. Tak ada perubahan.
"Kenapa dia ndak berubah?" tanya saya ke adik saya.
"Aduk ko! Itumi ko ndak aduk tadi," semua tegang. Sinonggi ini sepertinya gagal.
"Tunggu, telepon Ana dulu," ujar adik saya. Ana adalah sepupu kami yang sudah mahir dalam dunia per-sinonggi-an.

Setelah adik saya menelepon untuk meminta petunjuk. Perjuangan dilanjutkan. Kali ini air dalam sagu dikurangi, dan air panas dituangkan dalam jumlah yang lebih banyak. Sagu perlahan-lahan berubah, volumenya bertambah. Namun, warnanya kembali sama dengan warna sagu mentah. Sinonggi memiliki warna bening, seperti lem sagu.

sinonggi dkk

"Ohh, tambah airnya. Kita kasih duduk di kompor* saja. Pasti jadiji itu, katanya Ana," adik saya melanjutkan percobaan yang ketiga. Dan, taaaaraaaaaaa, berhasil sodara-sodara. Sagu telah berubah jadi sinonggi. Kami pun langsung menyerbunya. Sikaaaat!

 eksekusi (pemeran: Alif, my nephew)
----------------------------------------------------------
kasih duduk di kompor = istilah untuk memasak di kompor (Raha)

Gambar sudah ada!