Wednesday, September 2, 2009

Bagaimana Kalau gempa....?

Pertanyaan itu muncul tahun lalu, dan sampai sekarang masih belum jelas jawabannya.  "Bagaimana kalau gempa mengguncang PGN (Pusat Gempa Nasional), apakah petugas operasional mesti menyelamatkan diri dulu atau harus tetap di tempat?
Fitrah manusia, jika terjadi kedaan yang mengancam hidupnya maka akan mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri. Dan, itu terbukti kemarin.  Saat gempa mengguncang Jakarta, banyak pegawai operasional yang berhamburan keluar,  bahkan terus pulang. ** kalau yang ngurusin gempa ajah kayak gini, gimana orang awam.. ***
Tapi, alhamdulillah-nya, masih ada yang profesional, tetap di tempat untk memantau gempa, apalagi para pejabatnya ** gak berani kabur, soalnya bos besar pasti minta laporan..**
Ruangan tempat kerjaku dan PGN cuman di batasi satu sekat, dan kemarin sekat yang kebetulan dipenuhi kaca-kaca itu bergetar.  Ayunan yang dirasakan seperti di atas kapal, cukup membuat pusing dan mual.  Saat gempa berlangsung, agak terjadi kekacauan di sini.  Sirene yang biasanya berbunyi untuk gempa besar, tidak berfungsi, jaringan internet dan komunikasi agak terganggu sehingga info gempa terlambat.  Gedung yang cuma berlantai lima plus ini bergetar cukup kuat, bisa dibayangkan bagaimana dengan gedung yang lebih tinggi yang banyak di Jakarta. 
Namun lebih syukurnya lagi, ternyata banyak yang sudah mengerti, kalau gempa terutama jika ada di gedung bertingkat (banyak), segeralah menyelamatkan diri via tangga darurat, bukannya lift.  Intinya, segeralah keluar dari gedung tersebut.
Dalam prinsip earthquake engineering, bukanlah gempa yang membunuh orang, tapi struktur yang buruklah yang menyebabkan bencana.  Walaupun magnitudenya kecil, dengan struktur yang jelek dan kondisi tanah yang memang sangat rawan, bisa menyebabkan korban yang lebih banyak daripada gempa berkekuatan besar.
(old post, after tasikmalaya earthquake)