Thursday, July 28, 2011

Tonde-mata @_@

tonde mata..tonde mata..
tonde mata..tonde mata..*diiringi suara meja yang dipukul dengan irama 4/4

Entah angin apa yang membuaiku siang itu.
Selepas mata pelajaran bahasa daerah, bahasa Muna, saya  mendendangkan lagu gak jelas tersebut.
Tonde mata, kaca mata dalam bahasa Muna, adalah salah satu kata yang "berhasil" saya pelajari dan koleksi lagi ke kepala yang anehnya gak pernah bisa menyuruh lidah saya untuk melafalkan bahasa tersulit di dunia-bagi saya,  dengan baik dan benar.
Mula mula hanya irama yang biasa, dan hanya saya yang mendendangkannya.
Tapi, lama kelamaan, mulai deh teman-teman yang lain ikutan, buat ramai...riuhhh.
Dan, sebagai ketua kelas yang baik, saya musti mengikuti kemauan "anak buah" saya tersebut.  Ruang kelas satu-tujuh pun tambah rusuhhhhh.  *flashback kelas satu es em pe

Kaca mata.  Bagi saya, orang yang memakai kaca mata itu keren, pokoknya terlihat pintar, apapun isi otaknya.  Dan, saudara saya yang pertama memakai kaca mata adalah adik saya di kelas 3 SMP.  Prestasinya, lumayan.  Satu lagi anak berkacamata yang "memang" pintar. .  Awalnya sih rabun senja, rabun yang dimulai saat senja, mirip-mirip ayam.  Lama-lama jadi minus, rabun jauh. 
Kakak saya juga pakai kacamata, walo gak selalu.  Ayah saya, ibu juga.  Cuman saya dan kakak laki-laki yang tidak.

Saat  kuliah, mata saya masih baik-baik saja.  Tapi, setelah lulus dan balik ke kampung, saya mulai merasakan hal yang tak biasa*syahrini mode.  Pandangan terlihat  kabur setiap menjelang malam hari, seperti ada pasir di mata.  Tapi, tidak ngeh juga kalo ini penyakit, bukan "perasaan ku saja".

Pada saat tes penerimaan pengajar, kondisi mata tak membaik.  Saya masih belum sadar juga, kalo mata saya minus.  Hingga, akhirnya pencerahan datang *saya lupa apa momennya, pokoknya langsung tau kalo ini penyakit.

Segera saya membeli mencari pertolongan, kacamata.  Bukan ke dokter mata, tapi langsung ke optik.  Bersama mama, dan dengan uang mama (maklum, belum punya penghasilan sendiri), kami membeli sebuah kacamata-frame dan lensa plastik, yang super duper ringan (rasanya seperti tak berkacamata). 

Sebenarnya, dalam tataran per-rabun jauh-an, saya masih tergolong ringan.  Saya tidak memakainya di dalam rumah, Tapi, kalau sudah keluar rumah dan berada di ruang yang luas apalagi di malam hari, pasti terasa sekali kebutuhan berkacamata. 
Sehingga, selama hampir lima tahun ini , saya dikenal sebagai pia ber-kacamata.


Tapi, siang ini berbeda. Gara-gara ai, yang postingannya akhir2 ini tentang tak berkacamata, saya tertantang.  Dan, tak berkacamatalah saya sepulang kantor. Lumayan, rasanya puyeng-kabur bebayang-geje, nano2.  Ditambah suasana mendung, agak gelap dan meminimalkan pencahayaan alam, lengkaplah semua.    Alhamdulillah, selamat sampai di rumah.

Bagaimana dengan besok?....asking to the moving grass ^^










Monday, July 18, 2011

Bugs yang belum aku pecahkan.. Ubuntu Perfect 10 dengan webcam lenovo-ku....musti nyari2 scriptnya niy..!!!

Jane.

Jane, Ingatkah kau? Saat aku hampir tepar.
Dengan sisa tenaga yang ada, aku merangkak. Dan memanggilmu.
Jane....aku sakit.

Jane, ingatkah kau? Setiap malam, kau selalu datang ke tempatku.
Dengan kecerewetanmu, bercerita tentang hari dan kegundahanmu, kesalmu...sedihmu.
Perihmu...
Dan aku, setia mendengar semuanya.  Jane, aku mengerti.

Jane, ingatkah kau? Angan kita berdua, bertukar impian. 
Bagaimana kita, apa yang akan kita lakukan. Mimpi yang akan kita wujudkan, di tahun depan.
Mimpi yang hampir sama.  Aku sudah disana, Jane.

Jane, tahukah kau?  Aku belum bahagia.
Di sini tak sama, dengan impian kita.
Dia, tidak mencintaiku, Jane.

Jane, malam ini aku menangis.
Andai kau di sini bersamaku.
Mendengar keluhanku, andai kau tahu.
Aku sedih, Jane.



*Jane, cuman nama fiksi. Nama yang pertama  di pikiran untuk tulisan kali ini.

Friday, July 15, 2011

Yang namanya perploncoan itu, menurut saya, warisan penjajah. Gak perlu. Lebih banyak mudharat dari manfaatnya.. Disiplin yang bagus, serta sistem pendidikan bermutu yang perlu..

Mabok KarBoL

Sejak dulu punya masalah dengan benda2 beraroma lebay.
Dan pagi ini, saya salah strategi.
Sabtu, mentari bersinar cerah. Saat yang tepat buat bersih2. Setelah nyapu, tiba2 terbersit hasrat buat "bedah" kamar mandi, yang udah2 berminggu2 gak dibersihan *maaf pemirsa,jika kalimat ini ganggu.
Adegan gosok menggosok pun dimulai, dengan bersenjatakan sabun colek, sikat besar dan sikat gigi, setiap sudutnya berhasil saya "bereskan".
Ukuran yang mini, walhasil waktu yang dibutuhkan pun tak lama. And, sebagai sentuhan akhir, dituanglah karbol wangi merek W***L yang lama tak terjamah. Crot, crot (bunyinya), wangi karbol pun menyeruak.. Di pojok yang laen lagi, dan lagi, lagi..lalu saya meninggalkan tkp dengan anggun (dan bersorak dalam hati ,selesai dah!).
Menit2 berlalu, sepertinya ada yang mengganjal dalam hati, (apa ya?), oww, sepertinya final touch yang tadi masih kurang cespleng.. Kurang aer..Segera ke kamar mandi lagi, ngisi air seember, trus disiramkan ke seluruh sudut.. Wangi karbol mulai bertambah tajam, dan menusuk.
Seiring air yang mengalir, baunya pun menjadi-jadi. Bahkan kini menyerbu kamar tidur.
Saya, megap -megap.. Gak berani masuk kamar.
Salah perhitungan, gak memperkirakan campuran karbol dan aer dalam jumlah berlebihan adalah "pembunuh" dan perampas udara segarku..

Mabok dah, mabok karbolll :-S.

Cuman..

Di sebuah rumah.
Ibu pemilik rumah: "Bik, sayur untuk adek udah dibikin?"
Bibik ART :" udah bu!"
Ibu pemilik rumah :"gak dikasih mecin kan? "
Bibi ART :"gak bu..Cuman R***O kok bu." Ibu pemilik rumah : "???!!!&&%%%"

*waspadalah dengan kejadian sejenis.
*based on true story.

Thursday, July 14, 2011

Bagaimana kalau..

Membaca tulisan kak ani, membuat ada sedikit imaji di pikiran ini. Bagaimana kalau, setelah nikah dan punya anak, saya berhenti bekerja (kantoran), dan mulai jadi full time mom and freelancer.
Bagaimana kalau saya mengubah haluan ke jalur penulis kecil2n dan fotografer amatiran. Bagaimana kalau, saya mengajar sendiri les buat anak- anak saya, dan bukannya mengandalkan bimbel yang mahalnya luar biasa.
Semenjak kecil, saya termasuk gila sekolah -anak yang tanpa disuruh atau diberi uang dulu baru mau sekolah. Dan, setelah selesai, saya bekerja di bidang yang sangat memeras otak, seismologi. Saya lelah, dan sepertinya pilihan pensiun dini menarik.
Sesuatu yang akan dianggap gila orang-orang sekampung, dimana semua rela menyikut dan menyogok demi jadi pegawai pemerintah.
Pilihan yang mungkin punya resiko besar, tapi...mungkin saja akan menjadi hal menggoda 5, 10, atau 20 tahun mendatang.

*episodeimaji

Sunday, July 3, 2011

Di balik layar "break a record"

Sebenarnya sangat gak nyambung dengan acaranya.
Gara2 kegiatan pemecahan rekor kemaren, kami tak sengaja ngumpul2 lagi. Dan, akibatnya, ada yang marah2 sama kami yang ngumpul2 (jreng..jreng, kamera mengarah ke pemeran utama)
Selepas smu,kelas kami, 3ipa1- mungkin yang teramat paling sering berkumpul. Karena, banyak yang melanjutkan di kota yang sama,bahkan saya dan Fira satu jurusan di Unhas,walo beda prodi.
Setelah kuliah dan sama2 menganggur, kami masih terus kontak. Kerja,merantau, tak pernah hilang kabar. Bahkan, kini setelah banyak yang pulang dari rantauan (seperti aku B-)), silaturahmi tambah menjadi.
Nah, (digebukin crew ceriwis-kata terlarang) saat sabtu itu, sebenarnya cuman aku dan Fira yang menjadi peserta. Namun, teman yang lain mau ikut juga, walo gak jadi peserta. Daripada anak orang nangis, lebih baik diajak juga;-).
Jadilah pemecahan rekor MURI plus kumpul2,hehe..
Karena gak sengaja, maka tak terpikir untuk mengajak yang laen.. Hujan deras, dan cuaca buruk sore membuat kami tak leluasa.
Tapi, ternyata oh ternyata, satu orang "marah" gara2 gak diajak. Dia tau dari foto di FB aku..
Ngambek, untuk orang seusia kami, sangat kekanakan. Bukan masanya lagi buat diem2n, bermusuhan *come on, udah tua..
Gak habis pikir saja, masalah kecil dibesar-besarin, padahal kita udah punya banyak masalah besar yang musti dihadapi.
Menghadapi orang yang lagi "mutung" kek gitu, paling dikasih penjelasan. Kalo masih gak terima, ya udah, aku gak mau pusing.
Efek samping terlalu sering jalan dan kumpul bareng kayaknya gini deh, palagi memori udah mulai usang B-), beberapa orang merasa diabaikan.
Padahal, gak ada maksud dan tujuan kek gitu..

*tag foto aku dremove,wahh..padahal kemarin udah baikan..


Rafa vs Joker, 2nd vs 1st rank..

Saturday, July 2, 2011

Jalan2 Kuliner : Pisang Epe' KEndari




Hari ini badan capek sekali..*curhat.
Setelah mencuci koleksi baju seminggu, saya memutuskan untuk melanjutkan "hunting foto" teluk Kendari, demi lomba Foto.
Mulanya, pengen jalan sendiri, tapi ternyata, setelah menelpon teman lama, akhirnya jadi hunting berdua, ditemani motor orannye-nya.
Jalan dan hunting sore ini, ditutup dengan mencicipi makanan khas Kendari, Pisang Epe. Walaupun jajanan ini juga ada di Makassar, tapi, yang ini beda. Beda dari segi Sausnya, yang tetap menonjolkan rasa pisangnya, bukan menyamarkannya. Saus yang terbuat dari gula merah, tepung (terigu/kanji), serta butiran kacang tanah, yang kadang2 ditambahi esens durian, membuat Pisang kepok penyet bakarnya terasa lengkap......mantap!
Buat yang kepingin mencicipinya, silakan ke Kendari ya..banyak dijajakan di pinggir laut (PirLa) , atau KeBi (Kendari Beach), ditunggu!!!