"Man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh maka pasti berhasil!"
Kata-kata "motivasi" yang saya semburkan ke teman saya, yang ingin ikut workshop kepenulisan hari ini. Hari itu, hari minggu.
Bagaimana tidak mau nekat, dia tinggal berkilo-kilometer dari Kendari, di kota Bau-Bau. Ke Kendari, dia mesti naik kapal fiber selama berjam-jam. Dan, harinya bukan hari libur, hari kerja.
Bang Darwis "Tere Liye" dalam sesi tandatangan
Bagaimana dengan saya? Hehe, hampir saja. Hampir tidak ikut wokshop ini. Setelah Selasa sebelumnya ada rencana rapat bulanan kantor. Acara ini sudah hampir saya "delete" dari daftar saya. Rapat biasanya berakhir molor, kalau bukan jam 11, ya jam 12. Workshop dimulai dari jam 9.30, selesai jam 12.30. Kalau saya nekat ikut, paling banter saya cuman dapat ruang aula kosong, alias sudah bubar. Kantor dan Kampus Unhalu berjarak 1.5 jam perjalanan dengan angkot. Itu yang ada dalam pikiran saya dari kemarin.
Tapi, pikiran untuk membatalkan tidak saya kabarkan ke teman saya, pemegang tiket. Saya masih berharap ada keajaiban.
Dan, memang..rencana manusia dan Allah jauh berbeda. Rapat yang biasa lama, eh tau-tau singkat, padat dan jelas. Setelah ijin ke pak bos, dan oke, saya pun meluncur ke kampus. Perfect.
Selama 1.5 jam di atas angkot, dalam panasnya cuaca Kendari siang tadi, dan akhirnya sampai di kampus. Berlari-lari ke tingkat 3, masuk ke aula..dan masih mendapatkan 15 menit terakhir dari sesi pemaparan bang Tere Liye tentang menulis, alhamdulillah.
Teman saya, yang dari Bau-Bau juga sudah ada di sana. Tapi, karena mesti mengejar kapal balik ke Bau-Bau, maka jam 12 tepat dia pamit. Yang penting, workshop sudah diikuti
Sesi tanya jawab, saya berani melontarkan pertanyaan. Ini ajaib...sekali , bagi saya. Biasanya di saat saat ini, panick attack melanda.
"Bang, saya blogger. Bagaimana pendapat abang tentang blogger yang menerbitkan buku"...dengan pede saya memperkenalkan diri sebagai blogger.
"oh, bagus!", bang Tere menjawab. Dia lalu menyebutkan blogger-blogger yang sukses menerbitkan , seperti Raditya Dika, Arief Pocong, dan mbak Dewi Rieka. Tere liye juga menganjurkan untuk membukukan blog kita, "Jangan takut ditolak penerbit", rapikan naskah kita terus kirim ke penerbit.
Dia juga berkisah tentang Hafalan Shalat delisa yang pernah ditolak dua penerbit besar, lalu setelah beberapa waktu saat buku tersebut meledak, salah satu penerbit malah "menawarkan" jasa untuk menerbitkan naskahnya. "Maaf, kita tidak berjodoh", tegas bang Tere.
Walau materi workshop tidak semua saya ikuti, namun nasehat yang sama seperti yang lain dari bang Tere, "Menulis..terus menulis..eksplor..", kira-kira begitu sarannya buat yang mau menulis. Maka dengan itu, saya juga akan terus menulis, dan menulis, insya Allah di blog ini dan di media-media lain. Aamiin :)
Bagaimana dengan saya? Hehe, hampir saja. Hampir tidak ikut wokshop ini. Setelah Selasa sebelumnya ada rencana rapat bulanan kantor. Acara ini sudah hampir saya "delete" dari daftar saya. Rapat biasanya berakhir molor, kalau bukan jam 11, ya jam 12. Workshop dimulai dari jam 9.30, selesai jam 12.30. Kalau saya nekat ikut, paling banter saya cuman dapat ruang aula kosong, alias sudah bubar. Kantor dan Kampus Unhalu berjarak 1.5 jam perjalanan dengan angkot. Itu yang ada dalam pikiran saya dari kemarin.
Tapi, pikiran untuk membatalkan tidak saya kabarkan ke teman saya, pemegang tiket. Saya masih berharap ada keajaiban.
Dan, memang..rencana manusia dan Allah jauh berbeda. Rapat yang biasa lama, eh tau-tau singkat, padat dan jelas. Setelah ijin ke pak bos, dan oke, saya pun meluncur ke kampus. Perfect.
Selama 1.5 jam di atas angkot, dalam panasnya cuaca Kendari siang tadi, dan akhirnya sampai di kampus. Berlari-lari ke tingkat 3, masuk ke aula..dan masih mendapatkan 15 menit terakhir dari sesi pemaparan bang Tere Liye tentang menulis, alhamdulillah.
Teman saya, yang dari Bau-Bau juga sudah ada di sana. Tapi, karena mesti mengejar kapal balik ke Bau-Bau, maka jam 12 tepat dia pamit. Yang penting, workshop sudah diikuti
Sesi tanya jawab, saya berani melontarkan pertanyaan. Ini ajaib...sekali , bagi saya. Biasanya di saat saat ini, panick attack melanda.
"Bang, saya blogger. Bagaimana pendapat abang tentang blogger yang menerbitkan buku"...dengan pede saya memperkenalkan diri sebagai blogger.
"oh, bagus!", bang Tere menjawab. Dia lalu menyebutkan blogger-blogger yang sukses menerbitkan , seperti Raditya Dika, Arief Pocong, dan mbak Dewi Rieka. Tere liye juga menganjurkan untuk membukukan blog kita, "Jangan takut ditolak penerbit", rapikan naskah kita terus kirim ke penerbit.
Dia juga berkisah tentang Hafalan Shalat delisa yang pernah ditolak dua penerbit besar, lalu setelah beberapa waktu saat buku tersebut meledak, salah satu penerbit malah "menawarkan" jasa untuk menerbitkan naskahnya. "Maaf, kita tidak berjodoh", tegas bang Tere.
Walau materi workshop tidak semua saya ikuti, namun nasehat yang sama seperti yang lain dari bang Tere, "Menulis..terus menulis..eksplor..", kira-kira begitu sarannya buat yang mau menulis. Maka dengan itu, saya juga akan terus menulis, dan menulis, insya Allah di blog ini dan di media-media lain. Aamiin :)
Pertamaxxx
ReplyDeleteNgeblog jangan nyetatus
ReplyDeleteBagus mas, pertamax. Sepupu saya bilang motornya jadi awet..
ReplyDelete50:50 lah :)
ReplyDeletecincay..lah
saya mulai menulis dengan menulis komen ini :)
ReplyDeletewah mbak Pia keren bisa berdialog langsung dengan bang Darwis. Selamat ya.
ReplyDeleteSaya pernah ketemu beliau di IBF thn 2009 lalu :D
Fotonya juga ada di MP saya ini
silakan.. :)
ReplyDeleteSuasananya kondusif, ga banyak orang Mbak. Jadi saya lumayan berani..hehe
ReplyDeleteKetemu penulis itu emang menyenangkan. :)
ya menyenangkna...dapat ilmu yang berarti ya walau sedikit, tapi rasanya udah banyaaak banget.
ReplyDeletemenuliiis dan teruus menuliiis ^^
ReplyDeletemenulis terus, menulis
ReplyDeleteMakasih :)
Uhuy... saya tidak bisa datang Piaaaa ^^
ReplyDeleteDitunggu bukunya Pia.
ReplyDeleteberbobot..:)
ReplyDeleteyap!
ReplyDeletesama2 Naz!
ReplyDeletehehe..ndpapa. Ndak dicari ji sama Tere Liye ;)
ReplyDeleteiyaah...Semoga^^
ReplyDeleteHehehe... berarti tidak ditau kalau saya alpa di' *rofl
ReplyDelete