Fisika, aku tak terlalu suka dengan ilmu ini saat SMP. Pelajaran yang sulit, rumus dan hafalannya bikin puyeng.
Masuk SMA, mata pelajaran yang paling menarik bagiku adalah Akuntansi. Kenapa, sebab gurunya asyik. Pak gurunya punya cara tersendiri menerangkan debet,kredit dan modal. Aku jadi suka akuntansi, dan bahkan berencana masuk IPS gara-gara ini. Hingga..
Cawu kedua, pelajaran Fisika. Seorang guru perempuan menjadi guru kami saat itu. Bicaranya yang lembut, penjelasannya yang menarik, contoh-contoh soal yang jelas, membuatku terpesona. Terpesona dengan Fisika. Soal-soal fisika menjadi mudah di mataku, tak sulit lagi. Belajar mata pelajaran ini kini tak lagi menyeramkan.
Namun,tidak berlangsung lama, aku musti pindah dan berpisah dengan bu Guru Fisika yang asyik itu, bu Rohmiyati. Aku dan keluarga pindah ke Kendari, suatu keputusan yang berat pada awalnya.
Aku pun pindah ke Kendari, saat kenaikan kelas dua. Alhamdulillah, di sini, aku bertemu dengan guru Fisika yang asyik juga. Bu Sapiah namanya. Bu guru yang murah senyum. Ada kejadian yang menyentuh dengan bu guru yang ini, saat kelas dua adalah masa dimana banyak murid perempuan yang mulai berjilbab. Dan, setiap dia masuk ke kelas dan ada anak yang baru memakai jilbab, bu Sapiah akan memeluknya.
Bu Sapiah pula yang menyarankan aku ikut seleksi Olimpiade tingkat Kota, padahal kebisaanku di Fisika biasa saja. Memang aku ikut, tapi tak lolos. Cukuplah sebagai pengalaman, dan menyadarkan, Olimpiade Sains itu sangat sulit ^^.
Kesukaan baru ini membelokkanku ke jurusan IPA, seperti yang diharapkan Bapak.
Masuklah aku ke kelas III IPA, kumpulan orang-orang pintar, waaahhhh..
Rata-rata anak-anak disini mau masuk ke jurusan Kedokteran, atau teknik. Aku, karena sudah jatuh cinta dengan Fisika, maka memilih Fisika untuk pilihan bebas tes (PMDK), suatu pilihan yang jarang. Bersama dengan seorang teman, kami memilih Fisika. Hanya saja universitas kami berbeda. Kalo aku ke universitas lokal, maka dia ke Makassar.
Di kelas tiga ini, aku juga bertemu guru Fisika yang asyik, Pak Salim. Pindahan dari Ambon. Metodenya tegas, mengejutkan (sering tiba-tiba kuis maksudnya), tapi bagi aku nyaman-nyaman saja. Fisika terasa sangat...menyenangkan:).
PMDK aku lolos, menjadi guru nantinya. Tapi, karena aku punya rencana lain, mau sekolah di luar, aku mencoba tes UMPTN lagi. Dan lagi-lagi, pilihannya berbau Fisika, hehehe. Berbau Fisika, karena jurusan yang aku pilih itu GeoFisika, bukan Fisika (murni). Kenapa bisa, tanya kan ke Kakakku, aku juga tak tahu kenapa bisa sampai melingkari pilihan geoFisika, dia yang menyarankan begitu.
____
Juli 2000..
"Pia, pilih ini saja, geofisika" kakakku, Todo.
"Iyo...itu saja?" aku,
"Ndak papa ji?" aku,
"Geofisika saja" Todo
"Iyo deh, masih ada ji Fisika nya" aku.
_____
*ketiga buat ini
*gambarnya gak ada, hehehe :P
beratnyooooooooo... aku kagum *curcol dari anak yg nilai fisikanya kerap kali merah*
ReplyDeletetergantung gurunya juga siy chan...kalo gak asyik dan bikin ngantuk, apalagi hapalan....males deh..
ReplyDeleteguru fisika ku dulu baiiikkk banget, tapi emang dasar volume otaknya gak cukup buat fisika, matematika dan kimia... jadi yah...
ReplyDeleteaku musuhan kayaknya sama angka, kecuali duit wakakaka
qeqeqe
ReplyDeletemphm.., sampai sekarang saya masih tetep tak doyan fisika :(
ReplyDeleteLebih susah kalo udah masuk gerak ya dipelajaran fisika
ReplyDeletehhex.. !
ReplyDeletesaya juga doyan fisika karena selalu di beri nilai baik sama guru
*g ada yang tanya
@nia..oh..gpp nia..
ReplyDelete@ipie, kalo udah yg bgerak2, jadi ribet;-)
@sefa, hehe..guru yg baek.
@nia..oh..gpp nia..
ReplyDelete@ipie, kalo udah yg bgerak2, jadi ribet;-)
@sefa, hehe..guru yg baek.
dlu aq juga suka fisika... Tapi sekrg gk tau itu ilmu nguap dimana :(
ReplyDeleteRuang di otak semakin banyak diisi ma yang laen.. ;)
ReplyDelete